Kementerian ESDM akan melakukan konversi BBM ke BBG secara masif, diawali dengan penggunaan BBG pada angkutan umum
Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia tak lama lagi melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) secara masif dengan diawali dari penggunaan BBG pada angkutan umum. Selain itu, pembangunan infrastruktur gas di seluruh penjuru Nusantara ditargetkan rampung pada tahun 2020.
Penggunaan BBG yang sudah diterapkan pada TransJakarta akan diperluas ke angkutan – angkutan umum lain dengan massa penumpang yang lebih banyak. Pada pilot project pemanfaatan BBG, transportasi umum berupa kereta api dan kapal laut akan disediakan converter kit oleh Kementerian ESDM.
Pembangunan infrastruktur gas di seluruh penjuru Nusantara ditargetkan rampung pada tahun 2020
PT KAI dan Pelni juga turut menyediakan kereta api dan kapal laut yang bahan bakarnya bisa dikonversi, sementara itu PT PLN, Pertamina, dan Perusahaan Gas Negara akan menyediakan gas sebagai bahan bakarnya. Djoko Siswanto, Direktur Gas BPH Migas, menjelaskan bahwa pihaknya sudah menghubungi Dirjen Migas Kementerian ESDM, PT KAI, dan Pelni serta menandatangani nota kesepahaman soal konversi ke BBG bulan Februari lalu.
Djoko Siswanto juga berpendapat bahwa konversi bahan bakar dari minyak ke gas untuk kereta api dan kapal laut memungkinkan untuk dilakukan berkaca dari pengalaman negara – negara lain yang sudah menerapkannya secara baik seperti Kanada dan Norwegia. Konversi bahan bakar ini juga menjadi peluang bagi kapal – kapal laut Indonesia untuk berlayar ke Eropa, karena transportasi laut yang dapat memasuki Eropa adalah yang telah tercampur setidaknya 70% LNG dari total yang akan digunakan. Djoko juga menambahkan bahwa konversi bahan bakar ini, selain ramah lingkungan, juga menghemat penggunaan bahan bakar minyak untuk kereta api yang mencapai 108.000 kiloliter per tahun.
Kementerian ESDM menginginkan pembangunan jaringan gas ini dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah hanya memberikan dorongan agar investasi berjalan baik
Pembangunan infrastruktur gas pun juga dikerjakan untuk mendukung konversi gas besar – besaran ini. Penyaluran CNG (compressed natural gas) dan LNG (liquefied natural gas) akan dibentuk menjadi sebuah jaringan menyebar ke seluruh Indonesia melalui jalur pipa dan kapal – kapal pengangkut.
“Sepanjang secara komersial bisa dikerjakan korporasi, berikan kesempatan korporasi untuk masuk. Sehingga uang APBN bisa digunakan sebagai dana stimulan,” kata Menteri ESDM, Sudirman Said
Terlaksananya kelanjutan konversi bahan bakar minyak ke gas mulai tahun ini cukup mencerahkan sektor energi Indonesia di bidang gas. Pemanfaatan sumber gas yang melimpah dan didukung oleh suatu sistem yang terintegrasi diharapkan dapat lambat laun membantu perekonomian Indonesia di bidang energi dan memperkecil adanya pemanasan global akibat bahan bakar fosil. Tindakan yang direncanakan dalam waktu dekat diharapkan tidak mengalami ‘jam karet’ yang berarti dan segera bekerja secara efektif di masyarakat nanti.
Meskipun demikian, masyarakat masih belum terlalu merasakan efek isu konversi ini secara meluas. BBM jenis Premium dan Pertamax masih dikonsumsi khalayak ramai meskipun harganya sekarang cenderung mengikuti anomali harga minyak dunia. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh konversi bahan bakar minyak ke gas yang lalu masih dilaksanakan dalam skala yang kecil dan berpusat hanya pada satu wilayah saja, yaitu DKI Jakarta. Kegiatan konversi BBM ke BBG pada kendaraan bermotor yang dilakukan Kementerian ESDM ini juga diharapkan memiliki dampak positif yang setara dengan konversi kompor minyak ke kompor gas yang terhitung cukup sukses dilaksanakan saat ini.
Bagus sih untuk kemajuan Indonesia nantinya. Toh, cadangan gas di Indonesia masih sangat minim penggunaannya kan. Hanya saja yang masih sulit untuk dilakukan adalah membangun paradigm masyarakat yang masih berpikir bahwa BBG itu berbahaya. Hal tersebut terjadi mungkin karena belum tahu cara handling-nya. Nah, itulah peran pemerintah dan kita-kita ini untuk mengubah pandangan tersebut
Uswatun Nur Khazanah (Teknik Kimia 2012)
Menurut aku, rencana tersebut baik. Namun, untuk rencana jangka pendek, lebih baik BBG digunakan untuk bahan bakar di industri saja. Contohnya BBG yang diproduksi Badak atau BP, daripada diekspor lebih baik untuk bahan bakar di Industri. Sedangkan untuk bahan bakar transportasi, lebih baik dilakukan konversi secara perlahan, misalnya menggunakan bahan bakar V-Gas (campuran minyak dan gas) yang diproduksi Pertamina.
Muthia Putri (Teknik Kimia, 2011)
Tulisan ini juga dimuat di buletin Gallon IATMISMUI Edisi 03 (Maret 2015)